Branding Bukan Hanya Milik Dunia Bisnis

Oleh: Fazri Mohehu . 22 April 2025 . 09:30:00

Citra Aditya Kusuma, B.Com., MIB--Dosen Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Negeri Gorontalo

“Penggunaan media sosial sebagai alat branding bukan semata-mata tentang tampilan visual atau popularitas tetapi tentang strategi penyampaian kontribusi, ide, refleksi, dan aspirasi yang bermakna”

Branding sering diasosiasikan dengan produk, pemasaran, dan dunia bisnis. Namun di era digital seperti saat ini, branding memiliki makna yang jauh lebih luas. Anggapan bahwa branding hanya berlaku untuk perusahaan sudah tidak lagi relevan. Branding pada dasarnya berbicara tentang identitas dan persepsi, bagaimana orang lain melihat kita, apa yang kita perjuangkan, dan nilai apa yang kita tawarkan. Bagi mahasiswa, hal ini berarti menghadirkan citra diri yang konsisten dan autentik yang mencerminkan kekuatan, minat, nilai, dan tujuan pribadi.

Dalam perkembangan teknologi yang masif, personal branding dapat terlihat dari jejak digital yang ditampilkan oleh masing-masing individu. Apa yang muncul saat orang mencari nama kita di internet? Apakah profil yang kosong atau laman yang penuh inspirasi? Apakah semua hal tersebut sesuai dengan citra diri yang ingin kita bangun? Media sosial menawarkan kesempatan luar biasa bagi mahasiswa untuk membentuk citra tersebut, baik melalui LinkedIn, Instagram, Twitter (X), TikTok, maupun platform lainnya. Moment ini merupakan kesempatan yang besar bagi mahasiswa untuk mulai membangun branding pribadi dan membentuk reputasi sebelum benar-benar terjun ke dunia kerja.

Membangun personal branding dengan Marketing Mix

Secara teori, penyusunan strategi pemasaran mengacu pada pendekatan kerangka konseptual yang dikenal dengan 4P Marketing Mix – Product, Price, Place, Promotion (Kotler & Keller, 2016). Seiring perkembangan zaman dan kompleksitas interaksi pasar, model ini berkembang menjadi 7P dengan penambahan elemen People, Process dan Physical Evidence. Meskipun pada awalnya konsep ini dikembangkan untuk membantu perusahaan dalam merancang strategi pemasaran yang efektif, ketujuh elemen dalam bauran pemasaran tersebut juga memiliki relevansi yang signifikan dalam konteks individu, khususnya dalam pengembangan citra dan identitas personal secara profesional. Konsep ini dapat diadaptasi untuk membantu mahasiswa dalam membangun citra diri yang konsisten, bernilai, dan strategis di era digital.

Product

Individu diposisikan sebagai “produk” yang ditawarkan kepada audiens profesional, baik itu rekan sejawat, perekrut, maupun publik yang lebih luas. Produk mencakup keseluruhan atribut diri seperti keterampilan (hard skills dan soft skills), kepribadian, latar belakang pengalaman, nilai-nilai hidup, serta visi dan tujuan karier. Konsep "produk" juga berkaitan dengan konsistensi antara citra diri yang ingin dibangun dan kesan yang ditampilkan kepada publik. Dalam hal ini, penting untuk menyelaraskan antara kemampuan nyata dan pesan yang dikomunikasikan melalui media sosial, portofolio digital, maupun interaksi profesional lainnya.

Price

Price tidak merujuk pada nilai moneter secara langsung melainkan pada persepsi nilai atau value yang melekat pada individu. Pendekatan ini berkaitan dengan bagaimana seseorang memosisikan dirinya di mata orang lain, apakah sebagai individu yang kompeten, profesional, inovatif, atau memiliki potensi tertentu. Bagi mahasiswa, menunjukkan value dapat dilakukan dengan berbagai cara, seperti publikasi prestasi akademik, partisipasi dalam kegiatan organisasi, keikutsertaan dalam internship atau magang, maupun kontribusi dalam komunitas. Mahasiswa harus mampu secara aktif membangun persepsi positif tentang dirinya melalui narasi yang autentik dan berbasis bukti nyata. Hal ini tentunya akan menjadi nilai jual yang membedakan seseorang dari kandidat lain di dunia kerja.

Place

Place dalam bauran pemasaran tradisional mengacu pada saluran distribusi produk. Dalam konteks personal branding, elemen ini dapat diartikan sebagai media di mana individu menampilkan dan menyebarluaskan identitas profesionalnya. Penting bagi mahasiswa untuk memilih platform yang sesuai dengan bidang yang mereka geluti dan target audiens yang ingin dicapai. Selain secara online, personal branding bagi mahasiswa juga dapat dibentuk melalui partisipasi aktif dalam kegiatan seminar, konferensi, komunitas profesional, atau organisasi.

Promotion

Promosi dalam personal branding adalah tentang bagaimana individu mengomunikasikan citra diri, nilai, dan keunggulan yang dimiliki. Dalam hal ini, storytelling menjadi strategi yang dapat digunakan dengan membagikan pengalaman, gagasan, pencapaian, hingga proses pembelajaran yang inspiratif dan relevan. Tidak selamanya promosi dilakukan dengan menyampaikan sebuah keberhasilan. Membagikan proses, tantangan, dan kegagalan yang dihadapi juga akan membentuk narasi yang menarik dan otentik yang dapat ditampilkan di media sosial.

People

Elemen people merujuk pada semua pihak yang terlibat dan berinteraksi dengan individu baik secara langsung maupun tidak langsung. Dalam personal branding, hal ini mencakup jaringan profesional, dosen, mentor, rekan organisasi, atau komunitas yang menjadi bagian dari ekosistem pertumbuhan individu tersebut. Kualitas relasi interpersonal mencerminkan kualitas personal brand itu sendiri. Oleh karena itu, mahasiswa harus berupaya untuk membangun jejaring yang positif dan suportif yang sejalan dengan nilai dan tujuan karier kedepannya. Lingkungan sosial yang baik akan menjadi penguat sekaligus pembuktian nilai dari image yang dibangun.

Process

Bagi mahasiswa, menjaga konsistensi dan profesionalisme dalam setiap aktivitas merupakan bagian dari proses membentuk reputasi. Elemen ini dapat tercermin dalam penggunaan bahasa yang baik di media sosial, ketepatan waktu dalam menjalankan tanggung jawab, serta kualitas karya yang dipublikasikan. Semua ini menjadi bagian dari pengalaman yang dirasakan oleh audiens dan turut memengaruhi persepsi mereka terhadap individu tersebut. Dalam kerangka marketing mix, konteks ini mengacu pada elemen process yang berkaitan dengan cara atau alur seseorang dalam menyampaikan dan mengelola citra dirinya secara konsisten sebagai upaya membangun kredibilitas jangka panjang.

Physical Evidence

Elemen terakhir yaitu physical evidence merujuk pada bukti nyata yang mendukung keberadaan dan kredibilitas personal brand. Bagi mahasiswa, elemen ini tercermin melalui berbagai dokumentasi atau representasi visual yang menunjukkan kualitas diri, seperti Curriculum Vitae (CV), sertifikat prestasi, portofolio digital, website pribadi, hasil karya, atau bahkan etika dalam forum-forum publik. Semua bentuk output tersebut berfungsi sebagai bukti fisik yang memperkuat narasi personal branding yang dibangun.

Branding adalah investasi jangka panjang

Membangun personal branding bukan semata-mata tentang menjadi pribadi yang sempurna atau viral di ruang digital. Lebih dari sekadar pencitraan sementara, personal branding merupakan sebuah proses strategis dan berkelanjutan yang membutuhkan konsistensi, refleksi diri, dan ketekunan. Proses ini melibatkan upaya sadar untuk mengenali kekuatan dan keunikan pribadi, menyusun narasi diri yang autentik, serta membentuk persepsi publik yang positif dan relevan dengan tujuan hidup serta karier yang ingin dicapai. Dalam jangka panjang, personal branding berfungsi sebagai investasi diri yang tidak hanya memberikan nilai tambah di dunia profesional, tetapi juga memperkuat identitas dan kepercayaan diri individu. Mahasiswa sebagai calon profesional masa depan harus mampu membangun personal branding yang baik untuk membuka berbagai peluang, seperti beasiswa, magang, relasi jaringan, hingga tawaran pekerjaan yang sesuai dengan potensi dan nilai-nilai pribadi yang dimiliki.

Dalam konteks digital, personal branding menemukan ruang dan kekuatan yang jauh lebih luas. Media digital menjadi wajah pertama yang dilihat oleh pihak eksternal, termasuk calon pemberi kerja, kolega profesional, atau mitra kolaborasi. Oleh karena itu, penting bagi mahasiswa untuk secara bijak mengelola konten yang diunggah. Setiap unggahan yang dibagikan harus dapat mencerminkan nilai, kapasitas, serta identitas yang ingin mereka bangun. Namun demikian, segala bentuk kemudahan yang ditawarkan dalam dunia digital juga harus diikuti dengan etika dan kesadaran akan jejak digital. Konsistensi antara kehidupan daring (online) dan luring (offline) menjadi penting agar personal brand yang dibangun tidak bersifat artifisial, melainkan mencerminkan keaslian dan integritas pribadi. Penggunaan media sosial sebagai alat branding bukan semata-mata tentang tampilan visual atau popularitas tetapi tentang strategi penyampaian kontribusi, ide, refleksi, dan aspirasi yang bermakna.

Agenda

26 - 28 Maret 2024

Asesmen Lapangan Pendirian Program Studi Doktor Ekonomi

Asesmen Lapangan Pendirian Program Studi Doktor Ekonomi

16 November 2023 - 7 Desember 2024

Pemilihan Dekan Fakultas Ekonomi

Pemilihan Dekan Fakultas Ekonomi Periode 2023 - 2027

19 - 21 Oktober 2023

TEMAN 10

Temu Masyarakat Akuntansi Multiparadigma Indonesia Ke-10

31 Juli - 02 Agustus 2023

Pra Kongres APE-LPTK Tahun 2023

Pra Kongres APE-LPTK Tahun 2023 akan di laksanakan di Hotel Aston Kota Gorontalo, Tanggal 31 Juli - 2 Agustus 2023