Herwin Mopangga--Dosen Jurusan Ilmu Ekonomi FEB UNG
Velocity: Perputaran yang menghidupkan harapan bagi Anton dan Zakir
Minggu sore yang cerah, Anton kecil sibuk memainkan tangannya, memutar beraturan didepan dadanya. Di teras rumah yang sederhana namun tertata rapi, ekspresi wajahnya cukup serius pertanda dia tidak benar-benar menikmati permainan tersebut. Rupanya dia sedang berlatih keras mempersiapkan diri untuk mengikuti lomba velocity antar-anak umuran 10 tahunan kebawah ditingkat desa. Disampingnya, ada Zakir (42) sosok gempal yang sedang menggenggam beberapa lembar uang dengan ekspresi yang tidak gembira. Rupanya hasil penjualan ikan asin dan beberapa jenis rempah dagangan dari ayah si Anton ini mengalami penurunan cukup tajam beberapa minggu terakhir di pasar tradisional sekitar komplek rumah mereka. Jumlah pembeli makin sedikit, dan uang yang berputar di pasar desa makin lambat. Dua peristiwa ini latihan Anton dan kegalauan Zakir sebenarnya terhubung dalam satu istilah ekonomi moneter yang sangat penting: velocity, atau kecepatan perputaran uang.
Velocity dalam Perspektif Ekonomi Moneter
Dalam teori ekonomi moneter, velocity of money adalah istilah yang merujuk pada “berapa sering uang berpindah tangan dalam suatu periode tertentu dalam suatu perekonomian”. Rumus sederhananya adalah: V = (P x Y) / M; Dimana V adalah velocity (kecepatan perputaran uang), P adalah tingkat harga barang dan jasa, Y adalah output riil (jumlah barang dan jasa), dan M adalah jumlah uang yang beredar.
Jika velocity tinggi, berarti uang cepat berpindah tangan. Transaksi meningkat, ekonomi desa menjadi hidup. Sebaliknya, jika velocity rendah, uang hanya "diam" di tangan segelintir orang, pasar menjadi lesu, penjual seperti Zakir kehilangan pembeli. Penurunan penjualan Zakir sebenarnya adalah gejala dari low velocity. Mungkin karena pembeli menahan belanja, takut pengeluaran berlebihan, atau tidak ada uang tambahan dari panen atau hasil usaha. Akibatnya, barang dagangan seperti ikan asin dan rempah tidak terbeli. Uang tidak berputar. Pendapatan rumah tangga seperti milik Zakir pun terganggu. Zakir tahu, bukan karena dagangannya tak layak, tetapi karena orang-orang sedang tidak belanja.
Pelemahan sektor riil dalam perspektif teori ekonomi dapat dirangsang dengan kebijakan di sisi moneter. Bank Indonesia, perbankan umum dan Lembaga Keuangan Mikro (LKM) khususnya yang tersebar di pelosok desa dapat memainkan peran strategisnya. Perbankan umum, dengan jangkauan dan sumber daya yang lebih besar dalam mendorong velocity of money di desa:
Lembaga Keuangan Mikro seperti Bank Perkreditan Rakyat (BPR), koperasi simpan pinjam, dan lembaga keuangan syariah mikro atau Baitul Maal Wat Tamwil, memiliki kedekatan emosional dan pemahaman yang lebih mendalam tentang karakteristik ekonomi lokal di pedesaan. LKM seringkali memiliki prosedur yang lebih sederhana dan persyaratan yang lebih fleksibel dibandingkan bank umum, disesuaikan dengan kebutuhan dan kapasitas pelaku usaha mikro. Mereka juga seringkali melakukan pendampingan kepada nasabah.
Bank Indonesia, melalui kebijakan moneter ekspansif dan upaya pengembangan sistem pembayaran, menciptakan kondisi dimana uang tidak hanya banyak, tetapi juga berputar dengan cepat dan efisien. Sejumlah peran Bank Indonesia dalam memengaruhi velocity of money seperti:
Penurunan suku bunga atau SBI rate. Dengan suku bunga pinjaman yang lebih rendah, Zakir akan lebih mudah dan murah untuk mendapatkan modal usaha tambahan. Dia bisa meminjam uang dari bank untuk mengembangkan usahanya, misalnya membeli stok ikan asin yang lebih banyak, memperluas variasi rempah-rempah, atau bahkan merenovasi lapaknya agar lebih menarik. Pinjaman ini akan meningkatkan belanja investasi Zakir. Peningkatan pinjaman dan investasi akan mendorong aktivitas ekonomi. Uang yang dipinjam Zakir akan berputar ke pemasok, buruh, dan pedagang lain, meningkatkan frekuensi transaksi dan kecepatan peredaran uang.
Operasi Pasar Terbuka (Open Market Operations). Ketika BI membeli surat-surat berharga pemerintah (SBN), uang tunai akan mengalir dari BI ke bank maka bank umum akan memiliki lebih banyak likuiditas (uang tunai) untuk disalurkan dalam bentuk kredit kepada masyarakat dan pelaku usaha seperti Zakir. Dengan ketersediaan dana yang melimpah, bank cenderung lebih mudah menyetujui pinjaman dan mungkin menawarkan bunga yang lebih kompetitif. Peningkatan likuiditas di perbankan akan mendorong bank untuk lebih aktif menyalurkan kredit, yang pada gilirannya meningkatkan volume transaksi dan mempercepat perputaran uang di sektor riil.
Penurunan Rasio Giro Wajib Minimum (GWM). Ketika BI menurunkan persentase dana yang wajib disimpan bank umum di BI sebagai cadangan maka Bank memiliki lebih banyak "ruang" untuk menyalurkan kredit, sehingga kesempatan Zakir untuk mendapatkan modal lebih besar. Ketersediaan kredit yang lebih besar akan merangsang investasi dan konsumsi, mempercepat aliran uang di seluruh perekonomian.
Happy Ending bagi Anton dan Zakir
Dengan kebijakan-kebijakan BI yang mendorong peningkatan velocity of money maka Zakir akan merasakan dampak positif dari peningkatan daya beli masyarakat dan kemudahan akses modal. Penjualan ikan asin dan rempah-rempahnya akan kembali meningkat. Pendapatannya membaik, mimik wajahnya yang muram akan berganti senyum optimis. Ia bisa lebih sering membeli kebutuhan rumah tangga, membiayai sekolah Anton, dan mungkin menabung untuk masa depan.
Anton, di sisi lain, tidak hanya akan berhasil dalam lomba "velocity" fisiknya, tetapi juga akan tumbuh di lingkungan ekonomi yang lebih dinamis. Kemenangan Anton bisa menjadi simbol keberhasilan dan kebangkitan ekonomi desa, yang didukung oleh perputaran uang yang semakin cepat dan efisien. Ada peluang lebih besar bagi dirinya untuk mendapatkan pendidikan yang lebih baik, mengikuti kursus atau pelatihan, atau bahkan mendapatkan sponsor untuk bakatnya di masa depan.